Senin, 31 Maret 2014

Khotbah Kitab Efesus 6:4


Audience                                : Jemaat Umum
Teks Firman Tuhan              : Efesus 6:4
AK                                          : Peran orang tua sangat berpengaruh kepada anak
AT                                           : Ajaran dan nasehat yang berasalnya dari Tuhan akan mendapatkan hasil yang baik.
Tema                                      : Menjadi orang tua yang takut akan Tuhan

Jemaat yang terkasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus:Sekilas perlu kita ketahui bahwa kitab Efesus merupakan salah satu kitab yang ditulis oleh Paulus di dalam penjara pada saat ia berada di Roma, kitab ini pada dasarnya ditujukan kepada orang-orang kudus yang berada di Efesus (Jemaat Efesus). Surat Efesus di tulis pada sekitar tahun 60 CE.
Di dalam pembacaan kitab yang telah kita baca tadi, Paulus menggambarkan sang ayah yang bisa mengendalikan diri, pendidikan yang ramah, dan sebagai sosok manusia yang sabar yang bisa dijadikan teladan. Sikap ini sangat bertentangan dengan bapa-bapa orang Romawi pada zaman Paulus. Menurut W. Barclay, “Bapak Romawi memegang dan menerapkan kekuasaan yang mutlak atas keluarganya”. Bapa-bapa Romawi boleh dengan sesuka hati menjual anak-anaknya menjadi hamba, bahkan menghukum mereka sampai mati.
Sungguh hal ini sangat berbeda sekali dengan bapa-bapa orang Kristen, khususnya bila dinalar dengan Efesus 3:14-15 dan 4:6, dimana  dinyatakan bahwa kedudukan bapak diperoleh dari  “satu Allah yang adalah Bapak dari semua”. Di teks pembacaan kitab kita tadi sangat jelas sekali dikatakan:
Isi
1.      “janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anak (ay.4)”.(bentuk kemarahan anak yang kurang mendapatkan perhatian). Paulus mengatakan bahwa pada diri setiap anak ada keperibadian yang harus dihormati. Tetapi orang tua tidak menyadari hal itu. Bahkan orang tua mungkin saja menyalahgunakan otoritasnya sebagai orang tua. Kebanyakan orang tua yang keras bahkan memberikan perintah yang tidak sewajarnya untuk dikerjakan pada umur mereka yang belum mencapai target. Kelakuan orang tua yang sangat kejam atau keras, sikap pilih kasih dan memanjakan anak merupakan prilaku yang salah dan dapat merusak perkembangan anaknya. Demikian pula sikap orang tua yang suka merendahkan atau menindas prakarsa atau kebijakan anak dalam berkarya, sindiran, dan ejekan akan mengakibatkan hal yang sama. Sikap yang demikianlah yang dapat membangkitkan amarah dalam hati anak-anaknya. Banyak “generasi muda” yang mencetuskan amarahnya dalam bentuk tulisan, kritik pedas, bahkan membuat onar. Bukan tidak mungkin, kritikan atau perbuatan onar itu adalah letupan amarah yang membara di dalam diri mereka sewaktu mereka masih kanak-kanak, karena mereka di dalam keluarga bahkan masyarakat tidak diperlakukan secara simpati. Disiplin memang penting, tetapi disiplin yang tidak adil dalam anak-anak akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi dia. Anak-anak memang wajib untuk menaati orang tua di dalam Tuhan, tetapi harus kita ketahui bahwa ia adalah “orang kecil” yang memiliki keperibadian yang harus dihormati bukan untuk dieksploitasi, bukan di manipulisai bahkan dihancurkan. Proses menjadi dewasa dapat dikatakan sama dengan proses menjadi merdeka. Tetapi dalam proses mengembangkan dan memantapkan kemerdekaan itu, kadang-kadang anak nampak seperti menentang orang tua. Tapi reaksinya itu adalah guna menemukan batas, bukan untuk pemberontakan.
Sering kali kita mendengar dalam dan melihat secara langsung maupun melalui media-media lain, tentang seorang anak yang dianiaya atau menjadi perilaku kekerasan dalam rumah tangga oleh orang tuanya. Dulu saya pernah melihat seorang anak yang dianiaya atau yang mengalami perilaku kekerasan, anak ini kira-kira berumur tiga sampai empat tahun, anak ini mengalami pukulan tangan dan terjangan dari orang tuannya sehingga mengakibatkan anak ini harus masuk rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya yang diakibatkan oleh orang tuannya sendiri. Orang tua dari anak ini, orangnya sangat kasar ditambah lagi seorang yang penjudi dan pemabuk, orang tua dari anak ini tiap kali pulang ke rumah selalu dalam kedaaan mabuk atau marah-marah baik sama istrinya maupun sama anaknya. Sehingga kehidupan dari keluarga ini boleh dikatakan tidak harmonis, karena perilaku dari seorang ayah yang pemabuk dan penjudi. Sehingga perkembangan dari perilaku atau watak anak ini sangat rentan sekali, anak ini ketika memasuki dewasa menjadi anak yang bebas (pergaulan bebas), yang tidak tau aturan, tidak sopan sama orang tua. Bahkan kehidupannya pun sangat jauh dari Tuhan. Hal ini merupakan salah satu contoh anak yang masa kecilnya kurang bahagia. Yang disebabkan oleh keluarga yang kurang harmonis.
Bapak, ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan, banyak hal yang menjadi sorotan anak kita terhadap diri kita sebagai orang tuanya. Kita yang sebagai orang tua bagi anak kita, kita merupakan objek bagi anak kita di dalam dia melihat tingkah laku dan perbuatan kita untuk mereka ikuti sehingga kita dijadikan mereka sebagai teladan didalam kehidupan mereka baik terhadap keluarga sekalipun. Di dalam 1 Timotius 4: 12,  Mengatakan Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Sehingga dari ayat ini kita bersama-sama menjadi teladan di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat disekitar kita. 
  
Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus di dalam teks yang kita baca tadi juga dikatakan:
2.       didiklah mereka dalam ajaran dan nasehat Tuhan”. Paulus juga sangat menekankan betapa pentingnya tahun-tahun pertama bagi kehidupan anak, dan anak-anak sangat membutuhkan kelemahlembutan kasih dan kenyamanan lingkungan. Para orang tua ditugaskan membina dan mendidik anak-anaknya. Sungguh tidak bijaksana kalau orang tua menyerahkan tanggung jawab membina dan mendidik anak kepada orang lain. Memang mereka dapat mendelegasikan (menyerahkan,) tanggung jawab ini kepada pembantu, sekolah atau bahkan jemaat, tetapi mereka tidak boleh lepas tangan begitu saja. Tidak ada yang lembaga atau orang lain yang dapat menggantikan orang tua dalam tugas yang telah Allah berikan kepada mereka. Lagi pula, dampak dari khodrat kehidupan keluarga, yang mustahil dapat digantikan oleh apa pun juga dan oleh siapa pun. Jadi sebagai orang tua wajib menyediakan waktu untuk anak-anaknya dan bekerja keras untuk mendidik mereka.
Timbul pertanyaan di benak kita “Bagaimana caranya mendidik anak itu?”
Paulus memberi menjawab atas pertanyaan kita, didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan. Disiplin sangat penting, tetapi perlunya tentang disiplin dan pukulan, PL berkata, “siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya, tetapi siapa mengasihi anaknya, meghajar dia pada waktunya” (Ams 13:24), dan “kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya” (Ams 22:15).
Kedua ayat ini merupakan membenarkan seorang bapak untuk menghajar anaknya, namun orangtua sama sekali tidak boleh melalaikan disiplin, dan jangan bertindak semaunya. Haruslah kita ingat bahwa anak merupakan anugrah dari Tuhan yang harus kita jaga dan lindungi. Tidak hanya dalam hal disiplin melaikan juga dalam hal pendidikan, para orang tua harus bisa membedakan mana pendidikan yang benar  dan pendidikan yang palsu. Orang tua dan guru berperan sebagai katalisator (suatu kejadian yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa), yang mendorong dan membantu anak membuat jawaban sendiri. Orang tua dan guru juga wajib mengajarkan nilai-nilai Kristiani tentang kebenaran dan kebaikan kepada anak-anak. Akan sangat menolong, bila dikemukakan juga “kualitas lebih” dari nilai-nilai  kristiani lainnya, sehingga anak tertarik untuk menerima dan menerapkan nilai-nilai kristian itu di dalam hidupnya. Tapi dengan catatan jangan menekan dan memaksakan mereka.
Terjadi tragedi di tengah suatu perayaan. Hari itu adalah upacara pembukaan Olimpiade musim panas tahun 1992 di Barcelona. Satu per satu tim memasuki stadion dan berparade keliling lintasan di tengah sorak-sorai 65.000 penonton. Akan tetapi, di salah satu bagian stadion Olimpiade, terjadilah peristiwa yang mengejutkan dan menyedihkan pada saat Peter Karnaugh, ayah perenang AS, Ron Karnaugh, mendapat serangan jantung yang fatal. 
Lima hari kemudian, Ron kembali tampil untuk berlomba dengan memakai topi ayahnya, yang ia sisihkan dengan hati-hati sebelum perlombaan dimulai. Tetapi mengapa ia memakai topi itu? Ia melakukannya sebagai penghormatan kepada ayahnya yang ia gambarkan sebagai "sahabat terbaikku". Topi itu adalah topi yang dipakai ayahnya saat mereka memancing dan melakukan banyak hal bersama. Memakai topi itu adalah cara Ron untuk menghormati ayahnya karena telah mendampingi, menyemangati, dan mengarahkannya. Ketika Ron berenang, ia tidak didampingi ayahnya, namun ia terinspirasi oleh kenangan tentang ayahnya. Ini merupakan salah satu bentuk yang patut kita teladani. Pendampingan, menyemangati dan mengarahkan merupakan hal yang penting juga dalam kita mendidik anak.
Pengajaran dan nasehat dari orang tua merupakan hal yang paling penting, walau yang terlihat dari pengajaran itu kecil tetapi itu akan berdampak besar bagi kehidupan anak kita di kemudian hari. Maka dari itu Paulus sangat menekankan bahwa ajaran dan nasehat yang diberikan kepada anak-anak haruslah di dalam Tuhan. Kita sebagai orang tua Kristen mengharapkan anak-nya mengakui otoritas kita sebagai orang tua, tapi juga mengharapakan melalui ajaran kristen sang anak akan menggenal dan mengasihi Tuhan Yesus, dengan cara itu anak-anak akan bertumbuh dan berkembang secara baik. Berbahagialah kita yang keluarganya dengan belas kasih, berhasil menuntun anak menerima baginya ajaran dan disiplin dari Tuhan yang dikasihinya. Begitu juga dengan orang tua yang belum memberi pengajaran kristen bagi anaknya, karena bagi yesus belum ada kata terlambat selagi bapak dan ibu mau berusaha menanamkan nilai-nilai kristen di dalam anak selagi anak-anak masih mau mendengarkan bapak dan ibu. Semoga firman Tuhan kita pada hari ini akan membantu kita untuk mendidik dan menghormati anak. Karena  anak-anak juga perlu untuk dihormati. Amin....

MARGA dan IKATAN PERSAUDARAAN 
Dalam suku Karo terdapat marga yang bersifat patrineal (berasal dari pihak ayah/diturunkan dari ayah) namun tetap membawa marga ibu-nya(beru ibunya) yang disebut bere. Misalnya seorang anak ayahnya bermarga A, dan ibunya bermarga(berberu) B, maka si anak dikatakan bermarga A bere B. Dalam suku Karo marga disebut merga yang secara etimologis berasal dari kata meherga yang berarti berharga, jadi marga sangat berharga bagi masyarakat Karo.
Dalam suku Karo terdapat lima marga induk yang disebut MERGA SILIMA. Lima marga induk tersebut antara lain:

  1. Sembiring
  2. Ginting
  3. Tarigan
  4. Karo Karo
  5. Perangin-angin
Kelima marga induk tersebut juga memiliki beberapa sub-marga. Sub marga dalam Karo ada diyakini ada yang asli suku Karo dan ada pula yang berasal dari negara lain.Sub marga tersebut yaitu
1. Sembiring
Sembiring terdiri dari:
  1. Kembaren (boleh memakan anjing)
  2. Sinulaki (boleh memakan anjing)
  3. Keloko (boleh memakan anjing)
  4. Pandia (tidak boleh memakan anjing,diduga berasal dari India)
  5. Gurukinayan (tidak boleh memakan anjing)
  6. Brahmana (tidak boleh memakan anjing,diduga berasal dari India)
  7. Meliala (tidak boleh memakan anjing,diduga berasal dari India)
  8. Depari (tidak boleh memakan anjing)
  9. Pelawi (tidak boleh memakan anjing)
  10. Maha (tidak boleh memakan anjing)
  11. Sinupayung (boleh memakan anjing)
  12. Colia (tidak boleh memakan anjing)
  13. Pandebayang (tidak boleh memakan anjing)
  14. Tekang (tidak boleh memakan anjing,diduga berasal dari India)
  15. Muham (tidak boleh memakan anjing,diduga berasal dari India)
  16. Busok (tidak boleh memakan anjing)
  17. Sinukaban (tidak boleh memakan anjing)
  18. Keling (tidak boleh memakan anjing)
  19. Bunu Aji (tidak boleh memakan anjing)
  20. Sinukapar (tidak boleh memakan anjing)
2. Ginting
Ginting terdiri dari:
  1. Babi
  2. Sugihen
  3. Gurupatih
  4. Ajartambun
  5. Capah
  6. Beras
  7. Garamata
  8. Jadibata
  9. Suka
  10. Manik
  11. Sinusinga
  12. Jawak
  13. Seragih
  14. Tumangger
  15. Pase
3. Tarigan
Tarigan terdiri dari:
  1. Sibero
  2. Tambak
  3. Silangit
  4. Tua
  5. Tegur
  6. Gersang
  7. Gerneng
  8. Gana-gana
  9. Jampang
  10. Tambun
  11. Bondong
  12. Pekan
  13. Purba
4. Karo Karo
Karo Karo terdiri dari:
  1. Sinulingga
  2. Surbakti
  3. Kacaribu
  4. Sinukaban
  5. Barus
  6. Simbulan
  7. Jung
  8. Purba
  9. Ketaren
  10. Gurunsinga
  11. Kaban
  12. Sinuhaji
  13. Sekali
  14. Kemit
  15. Bukit
  16. Sinuraya
  17. Samura
  18. Sitepu
5. Perangin-angin
Perangin-angin terdiri dari:
  1. Namohaji
  2. Sukatendel
  3. Mano
  4. Sebayang
  5. Pencawa
  6. Sinurat
  7. Perbesi
  8. Ulunjandi
  9. Penggarus
  10. Pinem
  11. Uwir
  12. Laksa
  13. Singarimbun
  14. Keliat
  15. Kacinambun
  16. Bangun
  17. Tanjung
  18. Benjerang
Itulah keseluruhan marga yang terdapat dalam suku Karo. 
Dalam ikatan persaudaraan dikenal istilah Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh, dan Perkade-kaden si Sepuluh Dua tambah Sada.